Ada sesuatu yang hilang ketika sistem pembelajaran dilakukan secara daring, saat guru dan murid tidak dapat bertatap muka dan berinteraksi di satu ruangan yang sama. Ada banyak kendala dan tantangan dihadapi anak-anak dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilakukan secara daring. Mulai dari gangguan sinyal, minimnya kuota serta terbatasnya kemampuan orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah.
Bagi daerah yang memiliki jaringan internet yang memadai, pembelajaran daring tentu bukan masalah. Apalagi ditunjang dalam kemampuan menggunakan smartphone. Pada kenyataannya, yang menjadi masalah dalam pembelajaran daring bukan hanya sekedar sinyal yang tidak memadai, namun tidak semua orang tua memiliki smartphone yang bisa dipakai untuk belajar secara daring di rumah. Kadang orang tua punya satu smartphone, tetapi dibawa ayah atau ibunnya bekerja. Ada juga anak yang berasal dari keluarga sederhana karena keterbatasan ekonomi tidak memiliki smartphone. Perangkat telekomunikasi yang mereka miliki hanya telepon genggam biasa tanpa akses internet.
Melihat kondisi ini, selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) saya menggunakan aplikasi WA group, dan Google meet (saya lakukan dua kali dalam seminggu) untuk menyapa murid dan menyampaikan materi pembelajaran. Menurut saya ini adalah platform yang tepat, menggingat anak-anak masih menggunakan smartphone orang tuanya serta menginggat koneksi internet yang sering kali tidak stabil. Biasanya anak-anak yang tidak bisa ikut google meet pada pagi hari, akan saya video call pada sore hari setelah orang tuanya pulang bekerja. Hal ini saya lakukan agar anak-anak merasa diperhatikan dan mereka tidak ketinggalan pembelajaran.
Menurut saya PJJ memberi pengalaman baru yang akan tetap saya ingat. Ketika saya mendapat jadwal bekerja dari rumah (WFH), biasanya saya akan mencari tempat yang dapat menjangkau sinyal agar dapat mengirim materi pembelajaran kepada anak-anak. Permasalahan teknis yang sering saya hadapi ketika sedang melakukan google meet atau video call dengan anak-anak adalah suara yang putus-putus dan video yang tiba-tiba berhenti. Hal ini disebabkan oleh koneksi internet yang tidak stabil. Karena tempat tinggal saya berada di balik perbukitan. Sebenarnya yang mengalami masalah ini bukan hanya saya tetapi ada juga anak di kelas 1 yang tempat tinggalnya berada di daerah yang juga susah sinyal. Hampir semua tugas anak-anak yang dikirim ke WA Group baru bisa dibuka keesokan harinya saat saya berada di sekolah.
Sedangkan untuk anak-anak yang belum memiliki smartphone, saya meminta mereka untuk datang ke sekolah sesuai jadwal yang sudah disepakati dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Awalnya mereka mengalami kesulitan karena orang tua bekerja sehingga tidak ada yang mengantar. Namun, melihat semangat anak yang ingin belajar orang tua berusaha membagi waktu untuk mengantar anak ke sekolah.
Selama melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) baik secara daring maupun luring, saya merasa bahwa pembelajaran daring kurang efektif, terutama bagi siswa yang masih duduk bangku kelas satu SD. Beberapa anak kelas satu di sekolah kami belum mengenal huruf, apalagi menulis dan berhitung. Hal ini terjadi karena selama di Taman Kanak-Kanak (TK) mereka tidak belajar di sekolah. Awalnya saya bingung kerena ada anak yang masih kaku ketika memegang pensil. Jujur saya mengalami kesulitan mengelola pembelajaran, terutama pelajaran Bahasa Jawa. Sebenarya 90% murid kelas satu adalah anak Suku Jawa. Tetapi bahasa sehari -hari yang mereka gunakan di rumah adalah Bahasa Indonesia. Akhirnya saya sampaikan kepada orang tua agar anak-anak dibiasakan menggunakan bahasa daerah di rumah.
Puji Tuhan selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), saya sangat menikmatinya. Saya ikut pelatihan pembuatan RPP Daring dan Luring yang diadakan oleh Korwil Kecamatan Baturetno. Saya juga ikut pelatihan pembuatan media pembelajaran PPT dan Canva yang diadakan oleh Yayasan Kanisius Cabang Surakarta. Ternyata pelatihan-pelatihan yang saya ikuti sangat membantu saya selama PJJ.
Meskipun belum dapat melakukan pembelajaran tatap muka, saya sangat bersyukur karena anak-anak mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini terjadi bukan karena saya tetapi karena semangat ingin maju dari orang tua dan anak. Satu hal saya yakini, segala sesuatu ada hikmahnya dan dari pengalaman juga kita akan menjadi orang hebat. Kita tidak dapat merubah keadaan, yang dapat kita lakukan adalah bersahabat dengan apa yang sedang kita alami.
Debora Eni Kristina, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar